Pemberian Oksigen dengan Berbagai Cara
Pengertian
Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran
pernapasan dengan menggunakan alat bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada
klien dapat melalui kanula nasal dan masker oksigen. (Suparmi, 2008:66)
Tujuan Umum
- Meningkatkan
ekspansi dada
- Memperbaiki
status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen
- Membantu
kelancaran metabolisme
- Mencegah
hipoksia
- Menurunkan
kerja jantung
- Menurunkan
kerja paru –paru pada klien dengan dyspnea
- Meningkatkan
rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada penyakit paru(Aryani,
2009:53)
Indikasi
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
1. Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehingga sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2 dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehingga sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
2. Gangguan
jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
3. Kelumpuhan
alat pernafasan
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
4. Perubahan pola napas.
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan bernapas, misal pada pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
5. Keadaan
gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan sendiri jalan napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
6. Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera akan mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
7. Metabolisme
yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.
8. Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang cukup.
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang cukup.
9. Keracunan
karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah. (Aryani, 2009:53)
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah. (Aryani, 2009:53)
Kontraindikasi
Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen
dengan syarat pemberian jenis dan jumlah aliran yang tepat. Namun
demikan, perhatikan pada khusus berikut ini
- Pada
klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang mulai bernafas
spontan maka pemasangan masker partial rebreathing dan non rebreathing
dapat menimbulkan tanda dan gejala keracunan oksigen. Hal ini dikarenakan
jenis masker rebreathing dan non-rebreathing dapat mengalirkan oksigen
dengan konsentrasi yang tinggi yaitu sekitar 90-95%
- Face
mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah
- Jika
klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul. (Aryani,
2009:53)
Hal - hal yang perlu diperhatikan
- Perhatikan
jumlah air steril dalam humidifier, jangan berlebih atau kurang dari
batas. Hal ini penting untuk mencegah kekeringan membran mukosa dan
membantu untuk mengencerkan sekret di saluran pernafasan klien
- Pada
beberapa kasus seperti bayi premature, klien dengan penyakit akut, klien
dengan keadaan yang tidak stabil atau klien post operasi, perawat harus
mengobservasi lebih sering terhadap respon klien selama pemberian terapi
oksigen
- Pada
beberapa klien, pemasangan masker akan memberikan tidak nyaman karena
merasa “terperangkat”. Rasa tersebut dapat di minimalisir jika perawat
dapat meyakinkan klien akan pentingnya pemakaian masker tersebut.
- Pada
klien dengan masalah febris dan diaforesis, maka perawat perlu melakukan
perawatan kulit dan mulut secara extra karena pemasangan masker tersebut
dapat menyebabkan efek kekeringan di sekitar area tersebut.
- Jika
terdapat luka lecet pada bagian telinga klien karena pemasangan ikatan
tali nasal kanul dan masker. Maka perawat dapat memakaikan kassa berukuran
4x4cm di area tempat penekanan tersebut.
- Akan
lebih baik jika perawat menyediakan alat suction di samping klien dengan
terapi oksigen
- Pada
klien dengan usia anak-anak, biarkan anak bermain-main terlebih dahulu
dengan contoh masker.
- Jika
terapi oksigen tidak dipakai lagi, posisikan flow meter dalam posisi OFF
- Pasanglah
tanda : “dilarang merokok : ada pemakaian oksigen” di pintu kamar klien,
di bagian kaki atau kepala tempat tidur, dan di dekat tabung oksigen.
Instrusikan kepada klien dan pengunjung akan bahaya merokok di area
pemasangan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran.(Aryani, 2009:53)
PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANULA
Pengertian
Pemberian oksigen pada klien yang
memerlukan oksigen secara kontinyu dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit
serta konsentrasi 20-40%, dengan cara memasukan selang yang terbuat dari
plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di belakang telinga. Panjang selang
yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm. Pemasangan
nasal kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana, murah, relatif
nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk pemasangan jangka
pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam mengirimkan oksigen.
Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu klien untuk melakukan
aktivitas, seperti berbicara atau makan. (Aryani, 2009:54)
Tujuan
a. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah
saat kebutuhan oksigen minimal.
b. Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien
makan atau minum.
(Aryani,
2009:54)
Indikasi
Klien yang
bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula untuk memenuhi
kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak). (Suparmi, 2008:67)
Prinsip
a. Nasal kanula untuk mengalirkan
oksigen dengan aliran ringan atau rendah, biasanya hanya 2-3 L/menit.
b. Membutuhkan pernapasan
hidung
c. Tidak dapat mengalirkan
oksigen dengan konsentrasi >40 %.
(Suparmi, 2008:67)
PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER OKSIGEN
Pengertian
Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker
yang dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker
oksigen umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat
mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam. Perbedaan
antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang
mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54)
Macam Bentuk Masker :a. Simple face mask
mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8
liter/menit.
b. Rebreathing
mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80% dengan kecepatan aliran
8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus mengembang baik, saat inspirasi
maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui
lubang antara sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang
masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur
dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi
daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi :
klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah. (Asmadi, 2009:33)
c. Non rebreathing
mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan kecepatan
aliran 10-12 liter/menit. Pada prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur
dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat
inspirasi dan tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya
mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat
ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi :
klien dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi. (Asmadi,
2009:34)
Tujuan
Memberikan
tambahan oksigen dengan kadar sedang dengan konsentrasi dan kelembaban yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kanul. (Suparmi, 2008:68)
Prinsip
Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran 5-6 liter/menit dengan konsentrasi 40 - 60%. (Suparmi, 2008:68)
Mengalirkan oksigen tingkat sedang dari hidung ke mulut, dengan aliran 5-6 liter/menit dengan konsentrasi 40 - 60%. (Suparmi, 2008:68)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar